MUNAJAT FACEBOOK
Ketika
dunia maya sudah menguasai scenario kehidupan, orang lebih percaya dan lebih
suka terus hidup di dunia ini, dengan berbagai peraturan tanpa batasnya,
kebebasan berekspresinya dan fasilitas-fasilitas menjanjikan kemudahan yang
dimilikinya. Sementara itu, realita kehidupan dan rodanya terus beputar tmerekam
semua amal perbuatan hingga dunia semakin tua dan waktu perhitungan pun tib.
Karena
semua kini telah beregistrasi untuk menjadi warga Negara dunia maya, semua yang
terjadi pun mereka laporkan dan mereka munajatkan pada dunia maya, senang,
susah, sendiri, beramai-ramai, semua mereka curhatkan
di dunia maya, mereka selalu berkoar, tanpa tedeng
aling-aling tak ada rasa malu, mereka anggap siapa yang paling sering
bicara di dunia maya, mereklah sang raja rimba, dia yang paling eksis dan
memiliki daya magis. Oke jika demikian jangan salahkan jika pihak-pihak pemikir
pun memutuskan untuk bersosialisasi, berpromosi semua melalui jejaring social,
dan salah satu pemikir itu adalah pemilik paham-paham sengketa, paham-paham
sempalan yang bertolak belakang dengan kita, ahlusunnah, maka jangan heran
banyak bermunculan aliran-aliran bar dengan komunitas besar, banyak teroris
menjamur, banyak pemuda dicuci otak, semua gara-gara dunia maya. Oke secara
dekte, kita bisa memvonis mereka sebagai paham sebrang yang harus kita
waspadai, kita harus benar mempersiapkan benteng setinggi dan sekokoh-kokohnya
untuk dapat menolak serangan-serangannya.
Selain
itu, beberapa pihak pemikir jenius tapi “nakal” mereka juga memanfaatkan
fenomena ini untuk meracuni pemuda-pemuda dengan berita-berita dan
sajian-sajian istimewa bersifat non pendidikan, bahkan cenderung merusak moral.
Sementara itu kita, sebagai kelompok santri, yang tiap hari diberi asupan gizi
tentang akidah-akidah semestinya, sekan pasif, diam malah terkadang ikut
menikmati kegilaan para pemikir nakal yang merajalela, akankah kita diam islam
dipersengketakan, islam dipermalukan, bahkan islam dijadikan lelucon, saatnya
kita berbuat.
Dari
keprihatinan ini, santri harus mulai melek tekhnologi, mengendalikan tekhnologi
untuk sesuatu yang seharusnya, jangan biarkan ini berkelanjutan, kita harus
mulai dari sekarang. Sebab, tehnologi sebut saja internet itu ibarat mata
pisau, yang mungkin bisa melukai, pun bisa menolong kita saat melakukan
aktifitas. Semua tergantung siapa yang memegangnya, jika pisau itu dibawa paara
pembunuh, tentu pisau itu berbahaya, tapi jika pisau itu dibawa mbah mudin tentu digunakan nyembelih
ayaam atau kambing. Pun internet, facebook, twitter dan sebagainya. Sehingga santri
yang dipersiapkan untuk islam selanjutnya, yang terus belajar agama, dank arena
menimbang banyak orng berganti kewarganegaraan menjadi warga Negara dunia maya,
maka dakwah kini harus merambah dunia maya, agar pengaksesan jarigan sehat pun
bisa tercapai, agar ratting internet sehat dan aman pun bisa jauh lebih tinggi
dari internet sampah yang meracuni dan menggerogoti moral serta akidah bangsa.
Oleh
karenanya, santri sekarang bukan lagi bisa dikatakan santri gaptek, sebab
santri sekarang harus melek tekhnologi, menerapkan khazanah keilmuan yang
dimilikinya untuk kepntingan dakwah. Ghuroba’
asing, dengan komunitas besarnya, ayo jagalah islam dan muslimin. Wallahu a’lam bisshowab.
0 komentar:
Posting Komentar