Sabtu, 29 September 2012

TIK



MUNAJAT FACEBOOK
Ketika dunia maya sudah menguasai scenario kehidupan, orang lebih percaya dan lebih suka terus hidup di dunia ini, dengan berbagai peraturan tanpa batasnya, kebebasan berekspresinya dan fasilitas-fasilitas menjanjikan kemudahan yang dimilikinya. Sementara itu, realita kehidupan dan rodanya terus beputar tmerekam semua amal perbuatan hingga dunia semakin tua dan waktu perhitungan pun tib.
Karena semua kini telah beregistrasi untuk menjadi warga Negara dunia maya, semua yang terjadi pun mereka laporkan dan mereka munajatkan pada dunia maya, senang, susah, sendiri, beramai-ramai, semua mereka  curhatkan di dunia maya, mereka selalu berkoar, tanpa tedeng aling-aling tak ada rasa malu, mereka anggap siapa yang paling sering bicara di dunia maya, mereklah sang raja rimba, dia yang paling eksis dan memiliki daya magis. Oke jika demikian jangan salahkan jika pihak-pihak pemikir pun memutuskan untuk bersosialisasi, berpromosi semua melalui jejaring social, dan salah satu pemikir itu adalah pemilik paham-paham sengketa, paham-paham sempalan yang bertolak belakang dengan kita, ahlusunnah, maka jangan heran banyak bermunculan aliran-aliran bar dengan komunitas besar, banyak teroris menjamur, banyak pemuda dicuci otak, semua gara-gara dunia maya. Oke secara dekte, kita bisa memvonis mereka sebagai paham sebrang yang harus kita waspadai, kita harus benar mempersiapkan benteng setinggi dan sekokoh-kokohnya untuk dapat menolak serangan-serangannya.
Selain itu, beberapa pihak pemikir jenius tapi “nakal” mereka juga memanfaatkan fenomena ini untuk meracuni pemuda-pemuda dengan berita-berita dan sajian-sajian istimewa bersifat non pendidikan, bahkan cenderung merusak moral. Sementara itu kita, sebagai kelompok santri, yang tiap hari diberi asupan gizi tentang akidah-akidah semestinya, sekan pasif, diam malah terkadang ikut menikmati kegilaan para pemikir nakal yang merajalela, akankah kita diam islam dipersengketakan, islam dipermalukan, bahkan islam dijadikan lelucon, saatnya kita berbuat.
Dari keprihatinan ini, santri harus mulai melek tekhnologi, mengendalikan tekhnologi untuk sesuatu yang seharusnya, jangan biarkan ini berkelanjutan, kita harus mulai dari sekarang. Sebab, tehnologi sebut saja internet itu ibarat mata pisau, yang mungkin bisa melukai, pun bisa menolong kita saat melakukan aktifitas. Semua tergantung siapa yang memegangnya, jika pisau itu dibawa paara pembunuh, tentu pisau itu berbahaya, tapi jika pisau itu dibawa mbah mudin tentu digunakan nyembelih ayaam atau kambing. Pun internet, facebook, twitter dan sebagainya. Sehingga santri yang dipersiapkan untuk islam selanjutnya, yang terus belajar agama, dank arena menimbang banyak orng berganti kewarganegaraan menjadi warga Negara dunia maya, maka dakwah kini harus merambah dunia maya, agar pengaksesan jarigan sehat pun bisa tercapai, agar ratting internet sehat dan aman pun bisa jauh lebih tinggi dari internet sampah yang meracuni dan menggerogoti moral serta akidah bangsa.
Oleh karenanya, santri sekarang bukan lagi bisa dikatakan santri gaptek, sebab santri sekarang harus melek tekhnologi, menerapkan khazanah keilmuan yang dimilikinya untuk kepntingan dakwah. Ghuroba’ asing, dengan komunitas besarnya, ayo jagalah islam dan muslimin. Wallahu a’lam bisshowab.

0 komentar:

Posting Komentar